Komunitas: Solo
Suster Perintis: Sr. Ignace Helmsen, Sr. Cunera Wakkers, Sr. Hermine Neumeijer, Sr. Damiana Swelsen, Sr. Laetitia Coffa
Karya Kerasulan: Sekolah dan Asrama
Tanggal Berdiri: 26 April 1956
LATAR BELAKANG SEJARAH
Pada tanggal 24 Juni 1956 secara resmi Solo dibuka sebagai komunitas baru dengan Sr. Ignace Helmsen sebagai Delege dan anggota-anggotanya yaitu Sr. Cunera Wakkers, Sr. Hermine Neumeijer, dan Sr. Damiana Swelsen, serta Sr. Laetitia Coffa.
Tanggal 25 April 1956 pk. 5.00 Sr. Rodriques sebaga Provinsial dan Sr. Redempta Dencher berangkat naik kereta api lewat Cikampek menuju Solo untuk menghadiri upacara peresmian rumah dan kapel di jalan Kebalen No. 1.
Tanggal 26 April 1956 sebuah cabang baru berdiri pada pohon yang berusia 100 tahun. Pada hari tersebut rumah dan kapel Solo diberkati dan dipersembahkan kepada “Regina Pacis” (Maria Ratu Perdamaian). Secara resmi tanggal ini menjadi tanggal berdirinya komunitas Solo.
Kedatangan Sr. Hermans C. Gilson dan Sr. Cunera Wakkers membuka komunitas di Solo. Waktu itu belum mempunyai rumah sendiri sehingga tinggal di susteran Fransiskan (OSF) Purbayan. Kemudian datang Sr. Melani yang mempunyai ide untuk membeli tanah di Kasunanan Colomado. Pada waktu itu para suster mengajar di Pangudi Luhur bagian putrid, di Jalan Adisucipto dan juga SMA Regina Pacis. Karya para suster mulai berkembang yaitu mengajar agama bagi putrid-putri Kasunanan serta member tambahan pelajaran bagi anak-anak putrid yang lambat inteleknya. Pemimpin rumah Sr. Rovina dan beranggotakan Sr. Melani, Sr. regina de Leeuw, dan Sr. Godeliva. Kemudian Sr. Rovina diganti oleh Sr. Melani dan anggota komunitas bertambah yakni Sr. Odilia, Sr. Agnes kune, Sr. Magdalena Wardemant (sebagai ekonom).
Sekitar tahun 1960-an Sr. Odilia mulai membuka SMP Regina Pacis bersama dengan asramanya. Peminat asrama sebanyak kurang lebih 32 orang berasal dari luar kota SMP ini dimaksudkan untuk mendidik anak-anak yang berminat mendaftar ke SMA Regina Pacis. Sr. Melani pindah ke Malang dan digantikan oleh Sr. Odilia selama 3 tahun.
Pada waktu itu Sr. Odilia sering pergi ke Semarang (Depdikbud) untuk meminta subsidi dari pemerintah dan berhasil. SMA Regina Pacis (perempuan) bekerjasama dengan Pangudi Luhur (pria). Seiring berjalannya waktu SMA Regina Pacis makin berkembang. Tempatnya sudah tidak muat lagi. Maka suster membeli tanah milik orang Cina, Tan Wat Sing seluas kurang lebih 4 ha. Kemudian di atas tanah tersebut dibangun gedung sekolah, aula, SMP dan Kapel. Saat itu Jalan Adisucipto termasuk luar kota. Susteran lebih dikenal dengan susteran Bok Bengkong. Kompleks Regina Pacis waktu itu masih dikelilingi oleh sawah-sawah. Dengan berkembangnya jaman, wilayah ini menjadi ramai dan padat penduduknya.
Kejadian-kejadian Penting
Pada tahun 1951, SMA Regina Pacis (dulu bernama SMA Kanisius Bagian Putri) masih bergabung dalam satu Yayasan dengan SMA Kanisius Bagian Putra dan SMA Kanisius Bagian Petang. Ketiganya di bawah Yayasan Kanisius Surakarta, dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan tiga Wakil Kepala Sekolah.
Tahun 1968, berdasarkan Keputusan Menteri P & K ketiga sekolah cabang itu dinyatakan berdiri sendiri-sendiri dan masing-masing dikepalai oleh seorang Kepala Sekolah. Empat tahun kemudian (1972) namanya diubah menjadi SMA Regina Pacis Bersubsidi Surakarta dan pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Winaya Bhakti.
SMP Regina Pacis berdiri tanggal 1 Juli 1958 dimulai dengan 1 kelas yang berisi 55 anak.