Komunitas : “Trinitas”
Persekolahan : “Cor Jesu”
Tanggal diresmikan : 6 Februari 1900
Suster Perintis : Sr. Xavier Smets, Sr. Aldegonde Flecken, Sr. Marta Bierings, Sr. Constance Van Heuvel, Sr. Bernardine Overlines, Sr. Antoine Van Eersel.
LATAR BELAKANG SEJARAH
Bermula dari komunitas Kepanjen – Surabaya, yang bermaksud mengembangkan sayapnya ke daerah Malang. Umat beserta gembalanya di Malang mendambakan kehadiran dan sentuhan tangan Ursulin dalam dunia pendidikan.
Setelah berproses selama tiga tahun sebagai masa persiapan, maka pada tanggal 18 Januari 1900, para suster menerima surat dari Mgr. Luypen, Uskup Batavia, satu-satunya Uskup di seluruh Indonesia pada waktu itu. Surat tersebut memberi ijin kepada suster Ursulin Komunitas Kepanjen untuk membuka sebuah biara ursulin yang baru di kota Malang serta menunjuk Sr. Xavier Smets sebagai pemimpin biara yang baru. Selanjutnya Dewan pimpinan masih mengutus lima orang suster lagi sehingga semuanya ada enam orang sebagai pionir komunitas baru. Sr. Aldegonde Flecken sebagai wakil pimpinan, Sr. Marta Bierings sebagai guru, Sr. Constance Van Heuvel sebagai Kepala SD, Sr. Bernardine Overlines, Sr. Antoine Van Eersel keduanya sebagai guru sekaligus membantu dalam hal apa saja dan dimana saja bila diperlukan.
Maka diputuskan bahwa yang akan berangkat terlebih dahulu pada tanggal 6 Februari 1900 adalah tiga orang suster, yaitu : Sr. Xavier Smets, Sr. Aldegonde Flecken, Sr. Marta Bierings. Tiga suster yang lain akan menyusul pada tanggal 14 April tahun itu juga.
Pada tanggal 5 Frbruari 1900 komunitas Kepanjen Surabaya beserta para Pastor dan kenalan-kenalan mengadakan “malam pelepasan” bagi para suster yang akan berangkat dan memenuhi undangan kasih Allah untuk melaksanakan perutusan Baru. Mereka bergembira dalam semangat serviam yang menjiwai mereka namun sekaligus merasa berat untuk berpisah.
Tanggal 6 Februari 1900 pagi-pagi benar, para suster sudah bangun dan berkumpul di kapel. Mereka memohon berkat dan penyertaan Tuhan untuk perjalanan mereka ke Malang. Ketiga suster menuju stasiun kereta api. Jadwal kereta api pertama berangkat pada pukul 07.00. keretapun bergerak menuju ke ladang pengabdian baru, kota Malang. Menjelang pukul 11.00 mereka tiba dan sudah ditunggu oleh Tuan Hoefsmit dan Tuan Van Maren yang mengantarkan mereka ke daerah Celaket, yang terletak di luar kota Malang. Sebuah rumah besar yang tanahnya telah dibeli pada awal tahun 1899 oleh Komunitas Kepanjen pada periode kepemimpinan Sr. Angela.
Pastor Jonckbloet menerima mereka beritga di halaman lalu membawa mereka ke rumah yang akan menjadi biara ursulin. Di situ telah berkumpul ibu-ibu, bapak-bapak beserta anak-anaknya yang menyambut mereka dengan gembira.
Dalam kata sambutannya. Pastor mengibaratkan biara Ursulin ini seperti pohon kecil yang baru ditanam, dengan berkat Tuhan diharapkan akan bertumbuh menjadi besar dan menjadi berkat pula bagi umat di sekitarnya. Biara baru ini diberi nama Sancta Trinitas karena komunitas ini dipersembahkan kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Pada hari pertama itu mereka bertiga bersama pastor ke gereja untuk menyanyikan “Te Deum” sebagai ungkapan rasa syukur. Lalu mereka diundang makan siang di pastoran bersama dua orang pastor. Setelah acara makan siang, diadakan pemberkatan rumah. Kedua pastor datang untuk memberkati rumah beserta ruangan-ruangan yang akan di dipergunakan sebagai asrama. Sedangkan untuk makan malam pertama di komunitas disediakan oleh umat. Suasana dan perasaan serta segala peristiwa yang terjadi pada hari itu membuat mereka letih. sehingga mereka segera tertidur dengan aman sentosa dalam naungan Tuhan.
Kejadian-kejadian penting
Tanggal 7 februari mereka pergi ke Gereja Kayutangan untuk pertama kalinya di kota ini. Selanjutnya setiap hari mereka pergi ke gereja naik dokar.
Pada tanggal 1 Maret 1900 TKK dibuka dengan 9 orang anak yang pertama. Ada sekumpulan orang yang juga segera mendirikan TKK untuk menyaingi mereka.
Pada tanggal 1 Mei 1900 dengan resmi asrama dan SD sekaligus dibuka. Anak TKK pada waktu itu sudah mencapai 18 anak, untuk SD ada 31 anak dan asrama 4 anak.
Dalam bulan September 1900, mendapat kunjungan seorang inspektur dari pemerintah untuk menilai sekolah. Para suster berdebar-debar, tetapi beberapa hari kemudian datanglah salinan dari laporan yang dibuat oleh inspektur itu. Ternyata mereka mendapatkan nilai BAIK SEKALI.
Dalam bulan Juni 1900 bangunan dimulai, dengan mengerahkan sekitar 200 pekerja, antara lain untuk mulai fondasi kapel. Pemimpin biara jalan Juanda Jakarta mengirimkan sebuah lukisan Hati Kudus Yesus yang amat indah sebagai tanda persaudaraan dan cinta kasih. Pada akhir bulan Juli diberitakan bahwa jumlah anak asrama sudah 17 orang dan sepanjang bulan Juli itu jumlah murid SD terus meningkat hingga mencapai 102 orang.
Sepuluh tahun kemudian tepatnya pada tanggal 12 Juli 1910 patung Hati Kudus Yesus ditahtakan di atas pintu utama di jalan Celaket. Para suster menyerahkan seluruh sekolah, asrama dan biara kepada Hati Kudus Yesus. Semoga semua orang yang keluar masuk pintu itu diberkati oleh Hati Kudus Yesus. Jadi boleh dikatakan bahwa sejak berdirinya biara beserta kompleks karyanya, tempat ini dipercayakan di bawah naungan dan penyelenggaraan Hati Kudus Yesus. Tak heran jika sampai sekarang terkenal dengan nama “Cor Jesu”.
Tanggal 1 Januari 1901 dalam telegram dari Mère Angèle yang sedang ikut rapat di Roma, bahwa pada tanggal 28 November 1900 telah terbentuk Uni Roma dan komunitas Kepanjen Surabaya serta Komunitas Malang telah bergabung sebagai anggota Uni Roma. Sejak bulan Januari sampai Maret 1901 para suster kekurangan dana untuk meneruskan pembangunan. Para pekerja dikurangi secara drastis.
Tak ada pihak yang bisa menolong. Para suster berdoa novena beberapa kali kepada Santo Yosef. Tuhan mendengarkan dan mengabulkan doa-doa para suster dan pada hari pesta St. Yosef, yaitu pada tanggal 19 Maret 1901 datanglah seorang dermawan dari Surabaya yang bersedia membantu memberi dana yang cukup untuk menyelesaikan bangunan besar itu.
Dengan penuh kepercayaan kepada Tuhan para suster melanjutkan pengabdian di kota Malang dengan keyakinan. “Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah para pekerja membangun. Jika bukan Tuhan yang menjaga kota, sia-sialah para pengawal berjaga”.
Tahun demi tahun berjalan dan Perkembangan Sekolah Ursulin Celaket
tampak pada tabel di bawah.
Jumlah Murid dan Tahun Berdirinya Sekolah Ursulin Berdasarkan Data Pada Awal Tahun Ajaran 1935-1936
Sekolah | Jumlah Murid | Tahun Didirikan |
TKK | 35 | 1900 |
SD Cor Jesu | 291 | 1900 |
SD Santa Angela di Jl. Panderman | 300 | 1900 |
SD Santo Yusuf (HIS) | 276 (khusus putri Jawa) | 1923 |
MULO (SMP) | 95 | 1921 |
Kweek School (SPG) | 74 | 1903 |
Asrama | 70 | 1900 |
Selanjutnya situasi dan kebutuhan Suster Ursulin mulai menyelenggarakan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada tahun 1951 dan SKKA pada tahun 1952.
Dinamika hidup dan perkembangan jaman yang senantiasa menuntut perubahan dan keberanian untuk berubah. Sebagaimana dikatakan oleh St. Angela;” Bila jaman berubah, berubahlah setelah meminta nasehat Roh Kudus”. Maka suster Ursulin juga berani berubah dan mengubah, misalnya dengan menyerahkan sekolah di Panderman kepada Suster-suster dari tarekat Santa Perawan Maria.
Dengan Semboyan Soli Deo Gloria. Para suster Ursulin senantiasa berusaha untuk tekun dan setia menjalankan segala sesuatu yang telah disanggupinya.