Profil Komunitas Atambua

 

Komunitas: Atambua
Suster Perintis: Sr. Ignatio Resahardja, Sr. Albertine Egong, Sr. Regina Siu
Karya Kerasulan: Pendidikan, Pastoral
Tanggal Berdiri: 5 Agustus 1997

LATAR BELAKANG SEJARAH

Lahirnya komunitas Atambua berawal dari hadirnya para suster di Timor Leste (dulu=Timor Timur) yang sering melewati daerah Atambua dalam perjalanan pergi-pulang ke Kupang atau ke Jawa. Atambua penduduknya mayoritas beragama Katolik. Ada kerinduan untuk membuka Ursulin di Atambua. Situasi ini disampaikan kepada dewan pimpinan propinsi. Propinsi menanggapi secara positif.


Pada suatu saat Sr. Leonie dan Sr. Helena ke Atambua, dalam rangka menolong Romo Edmundus Nahak Pr, di bidang Yayasan Sekolah Keuskupan Atambua, memperkuat gagasan para suster di Dili. Dukungan yang menghantar Pimpinan Propinsi mengambil keputusan untuk membuka Komunitas di Atambua, juga dari undangan serta harapan Mgr. Anton Pain Ratu SVD, Uskup Atambua saat itu.


Keputusan tersebut menjadi kenyataan dengan diutusnya tiga pionir yaitu: Sr. Ignatio Resahardja, Sr. Albertine Egong dan Sr. Regina Siu. Mereka menjawab “ya” disertai kesediaan yang ikhlas memulai hidup komunitas dan berkarya di daratan Timor Barat, Atambua. Syukur kepada Allah, kita tumbuh di taman Keuskupan Atambua, seperti diimpikan Mgr. Anton : “ Ha, Suster Ursulin. Mari semarakkan taman Atambua.

Sampai sekarang di sini hanya ada satu, dua macam bunga saja, harumnya pun itu-itu saja. Padahal kita, Indonesia, mempunyai aneka macam bunga dengan harum bau semerbak yang khusus, demikianlah komentar bapa Uskup kepada Sr. Jeanne dan Helena yang datang berkunjung.
Pada tanggal 25 Juli 1997 ketiga Suster Pionir berangkat ke Atambua dari Dili. Mereka diantar Sr. Esther Ana, Sr. Anastasia Bili dan Sr. Helena. Menjelang hari peresmian Sr. Engeline datang dari Dili. Beramai-ramai kami ‘menyulap’ kantor (entah kantor apa) milik keuskupan menjadi rumah tinggal Ursulin. Dalam suasana antusias kami berunding tentang penempatan ruangan yang ada; mengusahakan alat-alat rumah tangga seadanya, menjalin relasi dengan tetangga untuk minta air sekedar kebutuhan sehari-hari.


Dengan bergulirnya waktu, Komunitas Ursulin tinggal di situ kurang lebih enam tahun, letaknya dekat dengan Gereja Katedral dan rumah Keuskupan (sekarang menjadi dekenat Belu Utara).
Komunitas dan karya Ursulin secara resmi direstui dan diberkati Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada tanggal 5 Agustus 1997 dalam perayaan Ekaristi. Hadir pula Rm. Edmundus Nahak PR, suster SSpS dan umat para tetangga kami. Semua hadirin bergembira, sukacita penuh syukur atas kehadiran Suster Ursulin di Atambua.


Ketiga Suster perintis segera mengayunkan langkah mereka baik dalam membangun kehidupan komunitas maupun dalam melayani umat di pelbagai ‘kelompok’: remaja SMPK, SMAK, remaja putri Asrama milik keuskupan, saudara tahanan di rutan, bapak-ibu Legio, umat lansia, kaum perempuan dan kerabat St. Angela. Masih banyak umat dan bentuk pelayanan yang dilayani para suster seiring penugasan, kebutuhan umat setempat dari tahun ke tahun.


Perlu diperhatikan pelayanan para Suster kepada para pengungsi Timor Leste di tahun 1999 menjadi sejarah tersendiri sebagai kepedulian para suster kepada sesama yang menderita lahir batin; pendampingan para simpatisan dan pelayanan remaja putri dua asrama milik keuskupan oleh para suster yaitu: Sr. Marceline, Sr. Hersin, Sr. Nelti (Yun 1), Sr. Lidvina. Berturut-turut suster berdatangan tinggal di Atambua yaitu Sr. Antonia (1997). Sr. Claudia (2000), Sr. Marceline dan Sr. Hersin (2002). Sr. Lidvina, Sr. Nelti, Sr. Ignatine (2003) dan Sr. Mathilda, Sr. Helena (2004). Pada tahun yang sama Sr. Ingnatio, yang tinggal di Atambua sejak Th. 1997, mendapat tugas baru di Cisantana.
Mari kita melanjutkan pengenalan kita akan Ursulin di Atambua. Bulan Agustus thn. 2002 peletakkan batu pertama di laksanakan untuk pembangunan rumah tinggal/ komunitas pada lahan milik Ursulin di Haliwen, 3 km jauhnya dari Kota Atambua. Daerah ini akan berkembang di masa depan. Kini sudah ada lapangan udara ‘Bandara udara Haliwen’, kantor Imigrasi dan rumah-rumah permanen sedang dibangun. Dalam tahun itu gedung sekolah TK juga dibangun (katanya ini baru semi bangunan) sehingga pada tahun ajaran 2003 meretaslah sekolah formal TKK St. Angela. Pada tanggal 5 Agustus 2003 Mgr. Anton Pain Ratu, SVD berkenan memberkati rumah komunitas dan gedung sekolah tersebut walaupun saat itu keadaan fisik bangunan belum secantik sekarang. Komunitas Atambua berlindung dibawah nama pendiri Ordo yaitu Santa Angela sesuai dengan nama sekolah TKK dan SD. Banyak suster menghadiri Misa Syukur ini a.l. Sr. Romualda, dan Sr. Caroline. Para suster komunitas sangat berbahagia mulai menempatkan rumah baru. Suster Ignatine Irnaningtyas mengemban tugas sebagai kepala sekolah. Dengan penuh tanggung jawab ia bersama Sr. Hersin Jenuk dan Sr. Sofina Nelti mengelola TK perdana.


Th. 2003 :

  • TK-A (satu kelas) : guru kelas Sr. Nelti : 23 murid
  • TK-B (satu kelas) : guru kelas Sr. Hersin : 22 murid

Th. 2004 : ada 4 kelas : 4 guru awam sebagai guru kelas dan 2 guru bidang studi

  • Sr. Hersin & Sr. Lidvina. TK-A (satu kelas): Ibu M. Goretti Luruk: 25 murid.
  • TK-B1 : Ibu Gerardina : 26 murid
  • TK-B2 : Ibu Modesta Wea : 25 murid
  • SD-kelas 1 : Bpk. Theodorus Ukat : 32 murid

Di awal Januari 2005 pembangunan gedung SD dan TK serta Aula dimulai. Rencana tahun ajaran 2005 akan diselenggarakan :

  • Kelas 2 SD : satu kelas
  • Kelas 1 SD : dua kelas
  • Kelas TK-B : dua kelas
  • Kelas TK-A : satu kelas

Para pembaca yang terkasih, masih ada banyak fakta, peristiwa dan kejadian yang mengkisahkan Ursulin di Atambua sejak tahun. 1997 sampai tahun 2004 ini. Cerita tak pernah habisnya. Kami percaya dalam persatuan hati dan kehendak, kita mengenal lebih dalam, sejarah komunitas-komunitas kita.
Dengan adanya sekolah formal, tenaga suster pun dibutuhkan, maka adanya formasi dan penambahan suster:
Pada bulan Juli 2005 datang kedua suster yaitu:

  • Sr. Margarita Praptiningsih sebagai kepala TKK St. Angela.
  • Sr. Esperansa Constancio sebagai bendahara Yayasan dan guru agama di SMA Negeri I Atambua.

Pada bulan Juli 2008 ada pergantian dan penambahan suster yaitu:

  • Sr. Anselmia Eki menggantikan Sr. Margarita sebagai Kepala TKK St. Angela, memberi pembinaan rohani di SMA Negeri I dan pembimbing rohani presidium Legio Maria.
  • Sr. Yovita Nino (Yunior) sebagai guru bantu di TKK.
  • Sr. Hilda Watu Anu (Yunior) sebagai guru agama SD St. Angela.

Pada bulan Juni 2010 ada perpindahan dan pergantian suster yaitu:

  • Sr. Esther Ana menggantikan Sr. Helena sebagai Delege dan Wakil Yayasan.
  • Sr. Eleonora Diah Warso Eko sebagai Kepala SD St. Angela menggantikan Sr. Lidvina Tina.
  • Sr. Maria Genoveva Mau sebagai guru BK dan Agama di SD St. Angela dan melayani mengantar komuni bagi orang sakit dan jompo.

Pada tanggal 10 Oktober 2010: Sr. Diah pindah ke Merdeka Bandung dan untuk sementara Sr. Anselmia Eki merangkap kepala SD sampai ada pergantian suster baru.

Pada bulan Juli 2011 ada penambahan yaitu: Sr. Fransiska Pandong sebagai kepala SD St. Angela.

Pada bulan Juli 2012 ada penambahan satu suster lagi yaitu: Sr. Caroline Samiarsih sebagai Delege komunitas Atambua.


Di awal tahun Ajaran 2011-2012, setelah melalui berbagai suka dan duka dengan berbagai pergantian tenaga, baik suster maupun para guru kini pada Tahun Ajaran 2012-2013 SD mejadi 12 kelas dengan jumlah murid 252 orang. TKK terdiri dari 2 kelas A dan 3 kelas B dengan jumlah murid 86 orang. Tahun ajaran 2011-2012 SD St. Angela telah meluluskan angkatan ke-3.


Selain berkarya di TK, SD dan Yayasan, para suster juga melibatkan diri dalam karya pastoral. Memberi komuni di Lingkungan bagi orang tua, jompo dan sakit, Legio Maria serta pembinaan di Sekolah Negeri.


Kami yakin Bunda Angela hadir dan hidup di tengah-tengah kehidupan kami di Atambua, terlebih dukungan cinta dan doa dari para suster sepropinsi agar kita terus maju dan berjuang sampai akhir.